Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perang Obor, Antara Tradisi, Budaya, Sportifitas dan Filosofi

Perang Obor atau yang disebut juga dengan obor-oboran sebuah tradisi budaya yang tidak asing bagi warga Jepara terutama warga Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan. Sebuah tradisi sedekah bumi warisan leluhur yang penuh dengan filosofi dan tuntunan nilai moral.

Tradisi ritual dan budaya yang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara dikemas menjadi pagelaran budaya dan wisata yang mampu menyedot ribuan pengunjung baik lokal maupun mancanegara, bagi warga Desa Tegalsambi merupakan ritual tradisi sedekah bumi untuk tolak bala serta tasyakuran sehabis panen agar tahun-tahun berikutnya mendapatkan lebih banyak anugerah dari yang Maha Kuasa.


Disebut dengan perang obor karena warga yang mengikuti tradisi ini menggunakan obor yang terbuat dari daun kelapa kering yang diikat kemudian di sulut sehingga seperti obor kemudian digunakan untuk saling pukul antar peserta.

Tradisi Ritual budaya yang didasarkan atas cerita rakyat Ki Gemblong yang dipercaya oleh Kyai Babadan untuk merawat dan menggembalakan ternaknya. Suatu hari ki gemblong yang menggembala ternak disekitar sungai tergiur untuk memancing karena melihat sungai banyak ikannya sehingga melupakan kewajibanya menggembala ternak yang menjadi tanggungjawabnya.
Sejak saat itu, tiap hari Ki Gemblng selalu menggiring ternaknya ke tepi sungai dan ia meninggalkan hewan ternaknya begitu saja. Ki Gemblong asyik menangkap, membakar dan memakan daging ikan, sementara hewan ternaknya benar-benar dilupakan. Hingga pada suatu hari, hewan-hewan ternak yang digembala Ki Gemblong menjadi kurus-kurus bahkan banyak sekali yang sakit dan kemudian mati
Peristiwa ini akhirnya terdengar Mbah Babadan, maka Ki Gemblong pun dipanggilnya untuk menghadap. Rupanya Mbah Babadan marah melihat ulah Ki Gemblong. Mbah Babadan pun segera mengambil seikat daun kelapa kering dan membakarnya menjadi obor. Dengan obor itulah Mbah Babadan berkali-kali memukul kepala Ki Gemblong. Karena merasa sakit, Ki Gemblong segera bangkit dan melawan dengan obor pula
Ternyata percikan api obor yang dipukul-pukulkan kedua orang itu ada yang membakar jerami yang ada di kandang. Kandang ternak itu pun akhirnya terbakar dan hewan ternak milik Mbah Babadan yang sedang sakit dan kurus-kurus lari tunggang langgang ketakutan. Setelah terbakarnya kandang tersebut selanjutnya sapi-sapi itu menjadi gemuk-gemuk dan sehat.
Dari cerita tersebutlah warga Desa Tegalsambi melestarikannya sebagai tradisi dengan segala nilai dan pelajaran moral yang diwariskan dari generaasi dan generasi






2 comments for "Perang Obor, Antara Tradisi, Budaya, Sportifitas dan Filosofi"